Jum’at
malam. Aku menggunakan dres bewarna merah yang terlihat seperti dress Hermione
saat mendatangi acara pernikahan salah satu keluarga Weasley. Sangat cantik
lalu kugulung ke atas rambutku seperti ballerina. Dengan make up transparan. Semua orang di rumahku menganggapku sangat
cantik. Terutama Dean saat menjemputku dengan mobil Viosnya. Dia memuja
kecantikanku dari ujung rambut sampai unjung kaki. Aku juga memuji soal
penampilannya, kali ini dia berpenampilan seperti Edward Cullen saat
mendatangani pesta dansa yang sama seperti filmnya. Tetapi untungnya kaki ku
tidak pincang seperti Bella Swan pada waktu itu.
Di ruang dansa itu semua murid
berkumpul dan music sudah dialunkan oleh DJ setempat. Tetapi ada beberapa acara
awal sebagai pembukanya. Aku dan Dean berkumpul bersama teman-temanku dan aku memperkenalkan
Dean. Dean yang sifatnya mudah bergaul walaupun dingin. Mereka juga bisa
menerima Dean dengan baik hingga acara pembukaan itu selesai tanpa kami
perhatikan.
Hingga waktunya tiba dansa itu
dimulai. Aku dan Dean berdansa. Namun karena dansaku sangat kaku menyebabkan
semua orang menertawaiku. Karena aku malu, aku memutuskan untuk berhenti dan
ingin mengambil minuman. Dean menungguku. Setelah itu aku menghampiri Dean. Saat
aku lebih dekat darinya aku melihat Dean sedang berbicara serius dengan seorang
gadis yang mungkin sebaya denganku hanya saja lebih cantik, dan lebih tinggi. Ku
ingat-ingat gadis itu, ternyata ia adalah kekasih Brian yang bernama Alice saat
berkenalan di dalam. Ia memang terkenal sangat pintar dan kebetulan ia adalah
teman sekelas Dean di sekolah. Cukup membuatku iri dan cemburu. Lalu ku dengar
mereka menyebut-nyebut namaku. Yang membuatku ingin mengetahui apa
percakapannya.
“Yan, cewek tadi yang namanya
Jasmine itu pacar kamu?”
“Enggak, mana mungkin Jasmine pacar gue. Ogah.”
“Jleb” hatiku langsung tertusuk. Tetapi aku berfikir
positif kalau itu salah satu sifat Dean yang misterius yang malu-malu untuk mengungkapkan
sesuatu. Aku lanjutkan mendengarkan percakapan mereka.
“Bukan pacarmu? Dia terlihat sangat menyayangimu. Betul
kan?”
“Iya sih, tetapi aku tidak. Buat apa suka sama cewek yang
tidak bisa diandalkan.”
“Apa! tidak bisa diandalkan?”
“Iya, dia terlalu bodoh selalu ranking 2 dari belakang di
kelasnya. Lalu dia tidak bisa berdansa,
suara pas-pasan dan selalu bertindak ceroboh. Lihat saja highhellsnya tidak cocok dengan acara ini. Cocoknya ia menggunakan
sepatu semacam itu untuk karnaval. Dia hanya modis di tatanan makeup, rambut
dan pakaian. Sedangkan accessories dan
sepatu sangat kampungan. Kamseupay!
Yang bisa diandalkan Cuma kecantikannya. Emangnya kalau pacaran aku bisa makan
wajahnya apa? Malu gue kalau punya pacar seceroboh dia kalau gue kenalin ke
anak-anak. Bisa-bisa gue dibilang selera rendah.”
“Kamu enggak boleh bilang seperti itu Dean. Terus kenapa kamu tembak dia pakai acara
romantic-romantisan?”
“O….
itu aku cuma menyenangkan hatinya aja yang selama 17 tahun belum pernah
pacaran.”
“17 tahun belum pernah sama sekali?”
“Iya, oleh sebab itu aku nglakukan itu. Walaupun hatiku belum
bisa menerimanya.”
Aku yang sudah terbakar mendengar pembicaraan itu
langsung mengumpat dalam hati. Lalu aku menjatuhkan gelas untuk Dean yang
mengagetkannya dan Alice. “Kamu enggak perlu kasian sama aku karena aku betah
ngejomblo selama 17 tahun. Kalau kamu belum bisa menerima aku, lebih baik aku
pulang saja dan tidak akan pernah menemui kamu dan berkomunikasi sama kamu. Terimakasih
karena telah mencoba untuk menjadi kekasihku. Sampai jumpa.” kataku lalu
menangis dan pulang menaiki taksi. Dean yang mendengar itu ingin mencegahku
namun dengan keyakinan yang kuat aku bisa melewati itu.
Sesampai di rumah aku langsung ke kamar tanpa menjawab
pertanyaan dari Mama. Aku berbaring di kasur dan menangis. Aku baru tahu
ternyata Dean seperti itu. Ku rasa dia sangat baik namun ternyata cara
bicaranya membuat hatiku menjadi berkeping-keping. Aku menyesal telah
mengenalnya aku ingin segera melupakan seperti merobek-robek lalu membuangnya
ke laut supaya kenangan itu menjadi kecil dan hanyut untuk selama-lamanya tanpa
ada rasa menyesal sedikitpun.
Ku menarik nafas panjang lalu menutup mata dan melupakan
kenangan bersama Dean. Huft. Hari yang melelahkan. Cinta pertamaku sangat
menyakitkan dan menyesatkan. Apakah nanti aku tidak bertemu cowok idamanku.
Cinta pertama oh cinta pertama.
Handphoneku berbunyi. Sebuah SMS masuk dari Dean. Ma’afkan aku Min. I love you…. :* <3.
Dean lagi, Dean lagi. Sudah cukup kisah itu, aku akan melupakanmu Dean. Ku
pejamkan mata lalu menarik nafas panjang dan mulai tertidur.
The End.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar