Rabu, 13 Juni 2012

My First Love (Episode 1)


Cerpen terbaru soal cinta pertama yang dialami oleh Jasmine siswa SMA kelas 2. Yang pertama kali berpetualang cinta di hati Dean. Anak rekan kerja Ayahnya.


Ku masih bisa merasakan detak jantungmu yang berdegup kencang hingga kau tidak bisa menarik nafas lagi. Dan aku tersedak. Keluar dari mimpi setelah menemukan pangeran hatiku. “Selalu bermimpi. Kapan aku bisa memiliki pangeran yang aku sayangi dengan hati yang tulus? Oh tuhan bantulah hambamu untuk menemukan jawabannya.” gumamku di dalam hati. Pagi ini aku bergegas bangun dan mandi lalu sholat subuh. “Min… bekalnya ambil sendiri ya.. Mama lagi sibuk!” perintah Mama lalu menuju kamar Jason. Selalu saja adiku yang selalu diutamakan kapan aku bisa diutamakan?
            Pagi ini aku pergi ke sekolah dengan menaiki angkutan umum. Di kelas seperti biasanya masih sepi, mungkin aku yang terlalu rajin untuk datang dan juga untuk pulang. Ingin secepatnya berbaring di tempat tidur lagi. Tiba-tiba pintu dibuka oleh Ria. “Eh Min uda tau enggak statusnya Caca?” tanya Ria yang membuka obrolan pagi ini. “Belum, emang ada apa sama Caca?” tanyaku. “Kamu kemarin enggak OL? Seru lho.. semua teman kita di sini mengucapkan selamat buat dia. Dia itu jadian sama Kak Febri!” jawab Ria dengan senyuman yang mengembang. “Wow! Keren… secara Kak Febri itu kan idamannya Caca. Enggak sia-sia dia nungguin hampir 1 tahun.” sahutku dengan nada iri. “Iya, semoga aja Caca enggak dibuat mainan sama Kak Febri.” ungkap Ria.
            “Selamat pagi Ria dan Jasmine! Ngomongin apa sih kalian sampai tidak merasakan kehadiranku di sini?” kata Lulu. “Ah… sorry-sorry soalnya Jasmine baru tahu kalau Caca jadian sama Kak Febri jadi aku certain deh… kamu juga uda tahu kan?” jawab Ria. “Iya dong, gue kan eksis di twitter.” canda Lulu lalu disahut dengan tawaku dan Ria. Aku dan kedua temanku lalu membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan cinta. Sehingga aku semakin terkucilkan jika diajak untuk mengobrol yang bertema itu. Karena aku belum pernah merasakan cinta dari seorang laki-laki sejak SD hingga sekarang. Belum pernah sama sekali. Hingga semua anak di kelas berkumpul dan membentuk sebuah koloni yang membahas kecintaan. Sampai Bu Linda masuk ke kelas.
            Bel berbunyi menandakan istirahat. Aku diajak Ria, Caca, dan Lulu untuk ke kantin. Di kantin benar-benar seperti lautan manusia. Sangat parah. Untung tidak ada yang sampai pingsan terinjak-injak. Aku harus melewati manusia-manusia itu. “Min… hati-hati jangan sampai badanmu terinjak oleh kaki-kaki kakak kelas 12!” nasehat Lulu. “Beres, Lu! Aku kan slim daripada kamu. Hehehe. Peace Lu!” jawabku lalu menyerobot antrian anak kelas 10. Aku membeli beberapa kue karena setelah ini tidak ada pelajaran dari Pak Jacob.
            Setelah masuk masih saja anak-anak di kelas membahas cerita cinta hingga pada akhirnya. “Min! kamu sudah berapa kali berpacaran?” tanya Kiki. “Belum sama sekali.” jawabku dengan kikuk. “Wow! Belum sama sekali…. WOW! Bukannya kamu dianggap primadona juga di sekolah ini?” celoteh Brian. “Itu kan hanya pendapatmu. Iya memang aku belum pernah merasakan cinta. Jadi aku fine-fine aja untuk menerima pilihan hatiku nantinya.” kataku dengan sedikit malas. “Tetapi kamu harus mencobanya walaupun hanya 1 jam terus kamu putusin. Nanti jadi perawan tua lho!” canda Caca. Aku hanya terdiam dan mengeluarkan senyum sinisku dan mungkin jika ada adik kelas ataupun kakak kelas yang belum mengenalku mungkin akan mendadak terkena serangan jantung karena betapa jeleknya aku.
            Tidak seperti biasanya aku terpojokan gara-gara belum mengenal pacaran sama sekali. Seharusnya di kelas 11 ini aku sudah bisa merasakan cinta. Bukannya masa SMA adalah masa yang menyenangkan? Menurutku itu tidak berlaku lagi buatku. Aku terlalu berkecipung dengan belajar keras agar bisa masuk kelas IPA walaupun dengan nilai terendah. Tapi usahaku benar-benar memuaskan menurutku. Selanjutnya setelah masuk kelas IPA aku ingin punya pengalaman berpacaran. Sebetulnya bisa saja aku terima cintanya anak-anak yang menyebalkan di sekolah ini tapi hatiku tidak bisa menerimanya dengan ikhlas. “Dor!!! Hayo ngelamunin sapa??” kata Caca yang mengagetkan. “Itu mungkin tandanya dia sedang memikirkan sesuatu seperti cowok barunya!” lanjut Caca hingga semua teman-teman menoleh padaku dan Caca. Seperti inilah yang sudah kutebak jika aku melamun dan dipergoki oleh Caca sangat menyebalkan dan membuatku frustasi.
            Jam berlalu begitu ceptanya hingga waktu pulang telah tiba. Masih seperti biasa aku selalu menaiki angkutan umum. Tanpa ada yang mau menawariku untuk menumpang di kendaraannya. Aku tetap meratapi nasib ku sendiri.
            Sesampainya di rumah aku dikejutkan oleh ulah Jason yang mengobrak-abrik perpustakaan kecilku di kamarku. Sudah dipojokan sekarang dibuat marah. Sudah tahu sangat susah untuk merapikan semua buku yang aku miliki. Butuh 2 tahun untuk merapikannya walaupun sudah dibantu oleh pembantu di rumah tetapi masih perlu banyak waktu. Apalagi ulah Jason yang baru masuk kelas 2 SD. Benar-benar menyebalkan seharusnya dia mengerti. “Sudahlah Min, nanti Mama bantu untuk merapikan perpustakaan kecilmu ini! Mama janji.” ungkap Mama dengan lirih. “Tapi Jasmine tidak ingin kalau Jason selalu ada di perpustakaan ini yang hanya untuk bermain.” balasku sambil melototi Jason. Mamaku hanya diam lalu membawa Jason pergi dari perpustakaan kecilku ini. Entah dimarahi atau dipukuli atau dilakukan apa yang membuat Jason jera.
            “Papa pulang!” teriak Papaku sambil masuk dan mencium keningku dan Jason. “Mana Mama? Enggak biasanya Mama tidak menyambut kepulangan Papa.” kata Papa heran. “Mama lagi di dapur ingin mempersiapkan makan malam. Katanya nanti malam ada tamu special.” jawabku dengan lugas.”Oh ya Papa lupa. Ya sudah Papa mau istirahat dulu!” ucap Papa seraya meninggalkanku dan Jason.
            Makan malam pun tiba. Sebuah mobil CRV bewarna putih terparkir di depan rumah. “Nah, itu sudah datang.” kata Papaku dengan mata yang berbinar-binar begitu pula tatapan mata Mamaku. Si tamu tersebut memasuki ruang makan. Tamu itu membawa istri yang cantik dan seorang anak laki-laki yang mungkin seumuranku. Mereka memperkenalkan diri. “Nama saya Andreas Thomas , ini istri saya Bella dan ini anak saya Dean.” kata bapak itu yang menggunakan kemeja biru lalu ditutup dengan jas warna hitam dan menganggap acara makan malam ini sangat formal. Isrti dan anaknya langsung mengucapkan “Hai!” pada kami. Entah mereka kebetulan atau sengaja dibuat-buat untuk menyapa keluargaku. Keluargaku hanya tersenyum dan mempersilahkan mereka untuk mencicipi hidangan makan malam.
            Sesekali aku lirik si Dean yang sedang asyik menikmati hidangannya. Untungnya dia tidak mengetahui apa yang kulakukan. Mungkin karena cuek. Aku lanjutkan makan malamku. Hingga pada saatnya keluarga Thomas itu pulang. Mataku masih terpaku dengan kedatangan Dean. Walaupun kami tidak bertegur sapa tetapi aku bisa merasakan betapa inginnya dia bisa mengobrol bersamaku. Dipikir-pikir dia sangat tampan dengan rambut hitam yang ditata dengan rapi seperti rambut Kim Bum. Sangat mengagumkan. Apakah mungkin aku jatuh cinta? Tidak-tidak mungkin. Jatuh cinta karena melihat dandanannya saja.
            Sudah waktunya tidur setelah mengerjakan PR. Memang aku hanya belajar jika ada PR selebihnya hanya menonton TV, membaca novel, nge game. Karena aku malas membaca pelajaran. Di malam ini aku masih terbayang-bayang wajah Dean yang lembut dan sangat dingin. Karena aku belum mengenalnya lebih jauh. Dan saat itu aku bermimpi Dean. “Hai!” sapanya. “Hai!” kataku yang tersipu malu. “Bagaimana kabarnya setelah makan malam kemain?” tanyanya. “Baik, kamu?”.
            “Sangat baik.”
            “Syukurlah…. Oh ya kamu sekarang sekolah dimana?”
            “ SMA 3. Kamu pasti anak SMA Pelita?”
            “Iya… kamu tahu darimana?”
            “Kamu memangnya tidak tahu? Orang tua kita sejak dulu telah berteman. Pantas saja dia selalu mengenalkan kamu pada kami.”
            “Aku baru tahu.”
            “Ya sudahlah sekarang sudah tahu kan?”
            “Iya.”ungkapku dengan shy shy cat. Lihat warna matanya, coklat muda dan memiliki makna yang luar biasa. Warna yang mengagumkan dan menatapku dengan anggunnya yang membuatku merasa hangat di sisinya. Oh Tuhan… mungkinkah ini pilihanmu untuk ku yang pertama kalinya? Lalu sebuah parit di tengah-tengah jalan membuatku kaget dan langsung terbelalak.
            “Aduh….” jeritku hingga membuatku ingin memejamkan mataku lagi dan melanjutkan mimpiku untuk bertemu Dean. Tapi tidak bertemu, melainkan bertemu hantu. Segera aku berdo’a kembali lalu tertidur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar