Esok
itu ada berita terbaru lagi dari Ria. Ria yang dianggap paling betah nge-jomblo di kelas IPA ditembak sama Rendy
kelas Aksel. Berita itu sangat
menghebohkan dan menjadi trending topic
di kelas yang mengalahkan berita dari Caca. Hari itu juga membuatku terpojokan
kembali. Sampai kapan ini aku tidak
terpojokan dan menjadi trending topic di kelas? tanyaku dalam hati. Hingga
ada suara yang menjawab. Mungkin setelah
berumur 17 beritamu akan menjadi trending topic. “Amieenn….”
ucapku dengan lirik.
Tepat 1 bulan setelah aku mendengar suara yang menjawab
pertanyaanku dalam hati. Aku sudah berumur 17 tahun. Pesta ulang tahun yang indah
dan meriah menghampiriku dan juga kado istimewa. Semua orang yang kusayangi
mengucapkan selamat ulang tahun dan memberi kadonya. Di hari ini aku sangat
senang sekali. Lalu kebahagiaan dan kepuasan datang kembali saat Dean datang.
Acara ulang tahunku ini Dean tampak menawan dengan hair style yang keren seperti Greyson
Chance. Dipadu dengan jaket kulit hitam kaos putih dan celana jins juga sepatu warna
hitam yang mirip dengan style Greyson Chance di video clip terbarunya.
Benar-benar menawan. WOW. “Hai! Selamat ulang tahun!.” ucapnya sambil menjabat
tanganku. Aku langsung tergagap, “Te----rima---ka----sih”. Tiba-tiba suara Lulu
mengagetkan ku, “Ciee…. Itu calon pacarmu nanti?”. “Entahlah… semoga saja.”
jawabku dengan penuh harap. Lalu diikuti tamparan kecil Lulu.
Acara pesta ulang tahunku telah dimulai dan games pun
telah tiba. Games itu bermain tutup mata. Aku menjadi korbannya dan dalam missi
itu aku harus menemukan Jason adiku. Dan pada saatnya, aku mencari-cari Jason.
Aku bisa mendengar lariannya hingga berhenti di dekat kolam renang. Aku memegang
tangannya seperti menggenggam. Lalu aku ditanyai oleh Ria dan Lulu sebagai
pembawa acaranya apakah sudah yakin dengan orang yang kupegang. Aku menjawab
dengan yakin 100% bahwa yang kugenggam adalah Jason. Kemudian tutup mataku
dibuka secara perlahan. Aku melihat Dean dengan senyum manisnya yang terlihat
ramah dan manis.Lalu kami salin bertatap dan mata kami beradu. Yang mebuatku
nge-fly dan bergetar. Tiba-tiba adiku
yang jahil dan tepat berada di belakangku segera mendorong tubuhku sehingga
Dean tidak bisa menahanya. Aku dan Dean tercebur di kolam renang dan Dean
merangkul pinggangku untuk menompang tubuhku. Sentuhan yang sangat lembut.
Airnya sangat dingin. Aku dan Dean yang tercebur menjadi
bahan tawaan para tamuku. Aku yang kedinginan hanya bisa dipeluk oleh handuk. Begitupun
Dean yang menggentarkan giginya dan ingin segera pulang. Mamaku yang mendengar hal itu segera menahan Dean untuk
tidak pulang dahulu. Mama mengatakan pada Dean untuk menginap sehari di rumah sedangkan
Mama yang akan menelponkan keluarganya untuk meminta izin. Sudah pasti
diizinkan karena ayahnya adalah rekan kerja Papaku. Itu memang benar. Hingga
akhir acara dia masih di rumah.
Jam 09:00 malam. Aku memberanikan
diri untuk mengobrol dengan Dean. “Ma’afkan aku telah mendorongmu hingga masuk
ke kolam renang.” kataku memulai pembicaraan garing bersamanya. “Oh, tidak
apa-apa.” jawabnya yang masih kedinginan. “Kau tidak apa-apa?” tanya ku. “Tiak
apa-apa hanya saja sedikit kedinginan dan membuatku menggigil selama 30 menit
tadinya.” ucapnya sambil merapikan rambutnya. “Ma’afkan aku, mau kubuatkan
coklat panas?” tawarku lalu dijawab dengan anggukan kepala. Segera aku masuk ke
dapur dan mengambikan secangkir coklat panas dengan baju yang basah kuyup.
Setelah minum dan saling bercengkrama
walaupun sedikit gugup aku masuk ke kamar mandi. Aku banyak bergumam tentang
Dean dan percakapannya denganku. Dengan perilaku itu aku merasa benar-benar
menginginkannya. “Min, cepetan Dean nunggu lama nih!” teriak Mamaku di luar
kamar mandi segera aku menyelesaikan acara mandiku. Setelah itu berganti baju
di kamar mandi.
“Pakai ini!” ungkapku sambil
memberikan handuk yang tadi telah dipesankan Mama. “Terimakasih.” jawab Dean
lalu masuk ke kamar mandi. Setelah Dean mandi ia menggunakan T-Shirt milik Papa
yang bewarna hijau berlengan panjang. Sangat tampan. Aku yang berada di ruang
TV terkaget saat Dean menanyaiku penampilannya. “Apakah aku keren menggunakan
pakaian ini?”. “Benar-benar keren!” jawabku sambil menahan tawa. “Beanarkah?
Jawabanmu membuatku tidak percaya diri.” ucap Dean yang tersipu malu. “Huh? Ayo
aku perlihatkan betapa kerennya!” ajaku sambil menggandeng tangan Dean masuk ke
kamar tamu. “Lihat, kau tampak kereeeennnnn sekali!” kataku sambil menunjuk
bayangan Dean di kaca. “Iya, kamu benar. Kamu seorang fashionista.” kata Dean
sambil merangkul pundaku.
Wow….
Aku dirangkul. Wow…. Enggak nyangka. Setelah itu aku menyuruh Dean untuk
tidur dan aku keluar dari kamarnya dan kembali ke kamarku yang bersebelahan. Pintu
kamarku ku tutup dengan pelan-pelan.
Di kamar aku tidak bisa menahan
gejolak kebahagiaan dari Dean. Hingga aku tidak bisa tidur akan
terbayang-bayang wajah Dean saat merangkul pundaku dan pinggangku. Apakah Dean juga merasakan akan gejolak itu?
Entahlah. Aku tidur dengan pulas. Dengan mimpi yang sama bertemu dengan
Dean dan bercengkrama sambil meminum secangkir cappuccino.
Esoknya aku bangun pagi-pagi dan
melihat Dean sudah duduk di depan kolam renang. “Hei, selamat pagi!” sapa Dean
dengan senyumannya. “Pagi juga. Pagi bener
bangunnya!” jawabku. “Iya dong. Bagus ya pemandangannya.” ucapnya sambil
memulai pembicaraan pagi. “Iya benar sekali. Terkadang juga ada kupu-kupu yang
mampir ke sini.” sahutku sambil mengamati di sekeliling. Dean melakukan hal
yang sama sepertiku. Tiba-tiba dia mengeluarkan suaranya. “Aku mau ngomong
sesuatu sama kamu!” katanya dengan wajah yang sedikit serius. “Ngomong aja!
Seberapa penting emangnya?” tanyaku dengan penasaran. “Kamu mau enggak main ke
rumahku?” jawabnya. Saat mendengar kata itu rasa ke PD-an ku langsung turun
menjadi 5%. Padahal kalau ada cowok yag bilang “Aku mau ngomong sesuatu sama
kamu!” itu tanda-tanda mau nyatakan perasaan eh… malah ngajak ke rumahnya. Mungkin
dia mau nembak aku di rumahnya. GR 100% nih
aku. “Iya aku mau nanti kalau aku ke sana aku hubungi.” kataku lalu Dean
memberikan nomer handphonenya.
Pada akhirnya Dean puang dan aku
memikirkan waktu yang tepat agar aku bisa pergi ke rumahnya. Tanpa basa-basi
aku meminta izin untuk pergi ke rumah Dean hari Sabtu depan kepada Papa dan Mama
dan pastinya sudah diizinkan.
Esok paginya aku pergi ke sekolah
seperti biasanya menaiki angkutan umum. Seandainya saja aku sudah mempunyai
pacar pasti berangkat dan pulang bisa diantar atau dijemput. Seperti teman-temanku
yang lain. Itu hanya khayalan yang ragu untuk diwujudkan. Angkutan yang aku
tumpangi memang sangat ramai dan penuh sesak. Tak sabar untuk segera turun dan
berlari ke kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar