Rabu, 13 Juni 2012

My First Love (Episode 2)

Episode 2

Esok itu ada berita terbaru lagi dari Ria. Ria yang dianggap paling betah nge-jomblo di kelas IPA ditembak sama Rendy kelas Aksel. Berita itu sangat menghebohkan dan menjadi trending topic di kelas yang mengalahkan berita dari Caca. Hari itu juga membuatku terpojokan kembali. Sampai kapan ini aku tidak terpojokan dan menjadi trending topic di kelas? tanyaku dalam hati. Hingga ada suara yang menjawab. Mungkin setelah berumur 17 beritamu akan menjadi trending topic. “Amieenn….” ucapku dengan lirik.
            Tepat 1 bulan setelah aku mendengar suara yang menjawab pertanyaanku dalam hati. Aku sudah berumur 17 tahun. Pesta ulang tahun yang indah dan meriah menghampiriku dan juga kado istimewa. Semua orang yang kusayangi mengucapkan selamat ulang tahun dan memberi kadonya. Di hari ini aku sangat senang sekali. Lalu kebahagiaan dan kepuasan datang kembali saat Dean datang. Acara ulang tahunku ini Dean tampak menawan  dengan hair style yang keren seperti Greyson Chance. Dipadu dengan jaket kulit hitam kaos putih dan celana jins juga sepatu warna hitam yang mirip dengan style Greyson Chance di video clip terbarunya. Benar-benar menawan. WOW. “Hai! Selamat ulang tahun!.” ucapnya sambil menjabat tanganku. Aku langsung tergagap, “Te----rima---ka----sih”. Tiba-tiba suara Lulu mengagetkan ku, “Ciee…. Itu calon pacarmu nanti?”. “Entahlah… semoga saja.” jawabku dengan penuh harap. Lalu diikuti tamparan kecil Lulu.
            Acara pesta ulang tahunku telah dimulai dan games pun telah tiba. Games itu bermain tutup mata. Aku menjadi korbannya dan dalam missi itu aku harus menemukan Jason adiku. Dan pada saatnya, aku mencari-cari Jason. Aku bisa mendengar lariannya hingga berhenti di dekat kolam renang. Aku memegang tangannya seperti menggenggam. Lalu aku ditanyai oleh Ria dan Lulu sebagai pembawa acaranya apakah sudah yakin dengan orang yang kupegang. Aku menjawab dengan yakin 100% bahwa yang kugenggam adalah Jason. Kemudian tutup mataku dibuka secara perlahan. Aku melihat Dean dengan senyum manisnya yang terlihat ramah dan manis.Lalu kami salin bertatap dan mata kami beradu. Yang mebuatku nge-fly dan bergetar. Tiba-tiba adiku yang jahil dan tepat berada di belakangku segera mendorong tubuhku sehingga Dean tidak bisa menahanya. Aku dan Dean tercebur di kolam renang dan Dean merangkul pinggangku untuk menompang tubuhku. Sentuhan yang sangat lembut.
            Airnya sangat dingin. Aku dan Dean yang tercebur menjadi bahan tawaan para tamuku. Aku yang kedinginan hanya bisa dipeluk oleh handuk. Begitupun Dean yang menggentarkan giginya dan ingin segera pulang. Mamaku yang mendengar hal itu segera menahan Dean untuk tidak pulang dahulu. Mama mengatakan pada Dean untuk menginap sehari di rumah sedangkan Mama yang akan menelponkan keluarganya untuk meminta izin. Sudah pasti diizinkan karena ayahnya adalah rekan kerja Papaku. Itu memang benar. Hingga akhir acara dia masih di rumah.
            Jam 09:00 malam. Aku memberanikan diri untuk mengobrol dengan Dean. “Ma’afkan aku telah mendorongmu hingga masuk ke kolam renang.” kataku memulai pembicaraan garing bersamanya. “Oh, tidak apa-apa.” jawabnya yang masih kedinginan. “Kau tidak apa-apa?” tanya ku. “Tiak apa-apa hanya saja sedikit kedinginan dan membuatku menggigil selama 30 menit tadinya.” ucapnya sambil merapikan rambutnya. “Ma’afkan aku, mau kubuatkan coklat panas?” tawarku lalu dijawab dengan anggukan kepala. Segera aku masuk ke dapur dan mengambikan secangkir coklat panas dengan baju yang basah kuyup.
            Setelah minum dan saling bercengkrama walaupun sedikit gugup aku masuk ke kamar mandi. Aku banyak bergumam tentang Dean dan percakapannya denganku. Dengan perilaku itu aku merasa benar-benar menginginkannya. “Min, cepetan Dean nunggu lama nih!” teriak Mamaku di luar kamar mandi segera aku menyelesaikan acara mandiku. Setelah itu berganti baju di kamar mandi.
            “Pakai ini!” ungkapku sambil memberikan handuk yang tadi telah dipesankan Mama. “Terimakasih.” jawab Dean lalu masuk ke kamar mandi. Setelah Dean mandi ia menggunakan T-Shirt milik Papa yang bewarna hijau berlengan panjang. Sangat tampan. Aku yang berada di ruang TV terkaget saat Dean menanyaiku penampilannya. “Apakah aku keren menggunakan pakaian ini?”. “Benar-benar keren!” jawabku sambil menahan tawa. “Beanarkah? Jawabanmu membuatku tidak percaya diri.” ucap Dean yang tersipu malu. “Huh? Ayo aku perlihatkan betapa kerennya!” ajaku sambil menggandeng tangan Dean masuk ke kamar tamu. “Lihat, kau tampak kereeeennnnn sekali!” kataku sambil menunjuk bayangan Dean di kaca. “Iya, kamu benar. Kamu seorang fashionista.” kata Dean sambil merangkul pundaku.
            Wow…. Aku dirangkul. Wow…. Enggak nyangka. Setelah itu aku menyuruh Dean untuk tidur dan aku keluar dari kamarnya dan kembali ke kamarku yang bersebelahan. Pintu kamarku ku tutup dengan pelan-pelan.
            Di kamar aku tidak bisa menahan gejolak kebahagiaan dari Dean. Hingga aku tidak bisa tidur akan terbayang-bayang wajah Dean saat merangkul pundaku dan pinggangku. Apakah Dean juga merasakan akan gejolak itu? Entahlah. Aku tidur dengan pulas. Dengan mimpi yang sama bertemu dengan Dean dan bercengkrama sambil meminum secangkir cappuccino.
            Esoknya aku bangun pagi-pagi dan melihat Dean sudah duduk di depan kolam renang. “Hei, selamat pagi!” sapa Dean dengan senyumannya. “Pagi juga. Pagi bener bangunnya!” jawabku. “Iya dong. Bagus ya pemandangannya.” ucapnya sambil memulai pembicaraan pagi. “Iya benar sekali. Terkadang juga ada kupu-kupu yang mampir ke sini.” sahutku sambil mengamati di sekeliling. Dean melakukan hal yang sama sepertiku. Tiba-tiba dia mengeluarkan suaranya. “Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!” katanya dengan wajah yang sedikit serius. “Ngomong aja! Seberapa penting emangnya?” tanyaku dengan penasaran. “Kamu mau enggak main ke rumahku?” jawabnya. Saat mendengar kata itu rasa ke PD-an ku langsung turun menjadi 5%. Padahal kalau ada cowok yag bilang “Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!” itu tanda-tanda mau nyatakan perasaan eh… malah ngajak ke rumahnya. Mungkin dia mau nembak aku di rumahnya. GR 100% nih aku. “Iya aku mau nanti kalau aku ke sana aku hubungi.” kataku lalu Dean memberikan nomer handphonenya.
            Pada akhirnya Dean puang dan aku memikirkan waktu yang tepat agar aku bisa pergi ke rumahnya. Tanpa basa-basi aku meminta izin untuk pergi ke rumah Dean hari Sabtu depan kepada Papa dan Mama dan pastinya sudah diizinkan.
            Esok paginya aku pergi ke sekolah seperti biasanya menaiki angkutan umum. Seandainya saja aku sudah mempunyai pacar pasti berangkat dan pulang bisa diantar atau dijemput. Seperti teman-temanku yang lain. Itu hanya khayalan yang ragu untuk diwujudkan. Angkutan yang aku tumpangi memang sangat ramai dan penuh sesak. Tak sabar untuk segera turun dan berlari ke kelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar